Aku selalu berusaha menerima meski selalu bertanya-tanya mengapa aku berada di sini, di balik kenormalan hidupku yang biasa-biasa saja, di balik hidupku yang tidak istimewa. Aku, ingin bercerita tentang kesendirian dan aku.
Kesendirian dan aku, kita adalah sahabat baik, kataku. Sangat dekat, sangat lekat. Di rumah, kamar kos, di taman, toko buku, saat membeli makanan, berbelanja bulanan, berlari, setiap saat hanya aku dan diriku sendiri. Aku senang. Aku berpikir bahwa aku senang. Hingga suatu saat, aku melihat dunia dengan segala keramaiannya. Aku melihat orang di sekitarku berinteraksi dengan temannya, membicarakan keseruan di setiap harinya, saling tertawa dan berbagi cerita. Orang di sekitarku, memiliki teman berbagi kehampaan dan pengisi kekosongan dalam diri mereka. Seketika, pikiranku bercabang. Rasanya aku punya teman. Rasanya aku punya orang yang selalu berkata "Aku di sini, kamu tidak sendirian". Di bagian pikiranku yang lain, kepalaku selalu berkata, "Tidak, hanya ada dirimu sendiri. Kamu tidak punya teman untuk berbagi rasa sedih dan sepi". Lalu aku setuju, raga dan jiwa juga telah sepakat.
Aku semakin kalut. Aku semakin tenggelam dalam sedihnya merasa sendiri. Aku juga ingin punya teman mengobrol, teman saling bercerita via suara, teman ketika aku ingin berolah raga bersama, teman berlari di pagi hari. Aneh, ya? Bukannya tinggal meminta?? Tidak. Meminta menjadi sulit ketika kamu terbiasa pintamu tak jarang mati dengan dalih "lain kali". Akhirnya, opsi sendiri menjadi lebih mungkin daripada menanti datangnya "lain kali". Tapi kali ini, aku ingin tidak sendiri sesekali.
Kesendirian yang sering membersamaiku, menuntunku pada pertanyaan dalam diriku mengenai eksistensi. Apakah keberadaanku disyukuri orang lain? Apakah akan ada yang merasa sedih ketika aku menghilang? Apakah akan ada yang mencari ketika aku pergi? Apakah akan ada yang merasa kehilangan ketika akhirnya suatu saat aku tiada? Aku selalu bertanya-tanya dan ingin mengetahui jawabannya. Aku tidak pandai menerka dan aku tidak mau menyimpulkan keabu-abuan. Maka, ketika tidak ada yang mengatakan, akhirnya kuanggap tidak ada.
Pikiran-pikiran dan perasaan yang tak pernah teruraikan, aku mencoba menulisnya agar terbaca. Tidak banyak, tapi seketika meluap di dalam dada dan kepala.
8 Januari 2022
"All these voices that do not reach you strangle me once again", English ver of Kizuato by Centimillimental
ConversionConversion EmoticonEmoticon