Hello from the outside, at least I can say that I've tried

"So I never really knew you

God I really tried to

Blindsided, addicted

Felt we could really do this

But really I was foolish

Hindsight it's

Obvious"

-MoTS, Ashe ft. Niall Horan-


Sekarang, biarkan aku bercerita, seperti biasa tanpa ada yang mendengar.

Iya, kita memang maya, tidak nyata. Semuanya hanya ada dalam kepala. Sebuah fakta bahwa aku marah karena adanya ekspektasi diri sendiri, kecewa pada kenyataan yang berjalan, dan bahagia karena imaji belaka. Aku hidup dalam sebuah ruang yang kukira nyata, kukira kita bersama, paling tidak sebagai teman. Teman yang bisa kusapa tanpa resah dibalas atau tidak, tanpa berpikir harus berkata apa. Sekali lagi kukira kita bisa berteman, paling tidak. Tapi, sekarang, bahkan aku bingung kata ganti untuk aku dan kamu. Rasanya kita teman pun terlalu berjarak. Kenal pun, mana berani aku bilang "Iya, aku kenal kamu". Kamu terlalu abu-abu. Kamu, selalu abu-abu.

Kamu boleh bilang aku menggelikan. Terjerat terikat dari masa lalu yang sudah lama tamat. Sangat lama tamat. Di mana sekarang, pemerannya hanya tersisa aku dan bayanganmu dalam kepalaku. Bayangan yang tidak dapat menjawab keresahan, tidak membalas pertanyaan, apalagi perasaan. Kamu sudah sangat lama berjalan jauh untuk menjauh, dan sekarang semakin jauh. Garis waktu hidup kita sama, tapi rasanya tidak dengan jiwa. Kamu telah melanglang buana dan aku masih bingung dengan sesuatu yang tidak utuh. Sungguh, ada yang hilang di belakang sana. Di masa lalu kita. Atau paling tidak, di masa laluku. Ada yang menganga tanpa diketahui lokasinya. Ada potongan yang lenyap tanpa diketahui kapan terjadinya. Ada yang janggal.

Terlepas dari masa lalu memang bukan keahlianku. Rasanya menyebalkan ketika teringat hal-hal yang tidak perlu selama bertahun-tahun. Melelahkan. Semua orang boleh berkata "Udah, lupain aja", "Kenapa si masih diingat-ingat?", atau "Yang udah berlalu ya udah, kamu itu hidup sekarang, bukan di masa lalu". Kalo bisa lupain, udah sejak dahulu kala. Kalo aku mengingat-ingat, demi Tuhan, untuk apa? Kalo bisa lupa juga kenapa diingat-ingat. Iya, kita hidup di masa sekarang. Tapi, sayangnya, karena pernah hidup di masa lalu, ada berkas-berkas yang masih tersisa. Sisa-sisa itu yang merepotkan. Kaya kamu ngehapus tulisan pensil pake karet penghapus atau tulisan pulpen pake tipeks. Ada bekasnya. Sayangnya, yang ini bekasnya terlalu jelas. 

Sebelumnya aku selalu melakukan penolakan. Aku udah lupa, semuanya udah semestinya, tak bersisa. Kataku pada isi kepalaku. Tapi sekarang beda cerita. Sekarang aku bilang iya. Iya, ada yang menganga. Iya, ada yang belum selesai dengan semestinya. Entah hanya dalam kepalaku, atau memang terasa oleh aku dan kamu. Jika benar hanya dalam kepalaku, yasudah. Semoga secepatnya aku bisa berdamai tanpa ada rasa penyesalan atau keinginan mengubah keadaan yang tidak bisa dilakukan.

Kamu, hidupmu sudah tenteram kulihat. Selamat. Aku tidak cukup nyali untuk berbagi cerita langsung denganmu. Lagi, karena aku takut, ini hanya ada dalam kepalaku. Dan sepertinya memang begitu.


Terakhir, biarkan ini semu tanpa tuju. Di antara ingin dan tidak ingin, sampai tidak sampai, keinginanku menyampaikan padamu melayang di antara keduanya.


Kamis, 29 Oktober 2020.

Now palying Moral of The Story - Ashe ft. Niall Horan

Previous
Next Post »
Thanks for your comment