Prinsip-
Prinsip Politik Luar Negeri
1. Negara Indonesia menjalankan
politik damai
2. Berorientasi pada kepentingan
nasional
3. Mendukung perjuangan kemerdekaan
bangsa- bangsa yang masih terjajah
4. Menolak penjajaha dalam segala
bentuk
5. Meningkatkan kemandirian bangsa
6. Negara
Indonesia bersahabat dengan segala bangsa atas dasar saling menghargai dan tidak mencampuri urusan dalam negeri
masing- masing.
7. Negara
Indonesia memperkuat sendi- sendi hukum Internasional dan organisasi
Internasional
8. Indonesia
membantu melaksanakan keadilan sosial Internasional dengan berpedoman pada
Piagam PBB
9. Bersama PBB,
Indonesia membantu perjuangan kemerdekaan bangsa- bangsa yang masih terjajah.
Sifat- Sifat Politik Luar Negeri
1. Bebas Aktif
2. Demokratis
3. Anti kolonialisme
4. Mengabdi pada kepentingan nasionalisme
2. Demokratis
3. Anti kolonialisme
4. Mengabdi pada kepentingan nasionalisme
Perkembangan Politik Luar Negeri
a. Masa Awal Kemerdekaan
dimulai sejak Soekarno dan Moh. Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah pada 17
agustus 1945, bagaimanapun juga telah membawa bangsa ini
menuju suatu Era yang baru dimana Indonesia resmi
menjadi sebuah Negara. Sebagai sebuah negara yang baru tentu saja Indonesia membutuhkan pengakuan dari Negara lain bahwa
negara Indonesia sudah berdiri dan siap untuk menjadi anggota dari komunitas Internasional. Landasan operasional dari politik luar
negeri Indonesia dinyatakan melalui maklumatdan pidato-pidato Presiden Soekarno
yang dikeluarkan beberapa saat setelah kemerdekaan, Maklumat politik pemerintah tanggal 1 November 1945, yang diantaranya
memuat hal-halsebagai berikut:
1. Politik damai dan hidup berdampingan secara damai.
2. Politik Tidak campur tangan dalam urusan dalam
negeri negara lain.
3. Politik bertetangga baik dan kerjasama dengan semua
negara di bidang ekonomi,politik dan
lain-lain.
4. Politik berdasarkan piagam PBB.
Berdasarkan maklumat tersebut sesungguhnya telah jelas
prinsip yang digunakanIndonesia dalam pelaksanaan Politik Luar Negerinya, yaitu
kebijakan untuk bertetangga baik dengan
semua negara-negara di kawasan, kebijakan tidak turut campur tangan urusandomestik
negara lain dan mengacu pada Piagam PBB dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Tetapi, kedatangan sekutu
yang berniat melucuti senjata Tentara Jepang menimbulkan ancaman bagi
kemerdekaan yang baru diraih karena sekutu ternyata ditunggangi oleh NICA (Netherlands
Indies Civil Administration). Tindakan ini jelas memperlihatkan sikap
Pemerintah Belanda yang tidak mengakui
kemerdekaan Republik Indonesia dan berniat menanamkan kembali
kekuasaannya atas Indonesia. Kedatangan Belanda ini semakin memperparah situasi
pasca kemerdekaan. Ditengah kondisi membangun negeri ini mulai dari NOL,
Indonesia harus melawan pasukan sekutu dan
NICA demi mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Pada masa pasca
kemerdekaan (1945-1950), keadaan ekonomi indonesia sangatlah buruk dan militer
Indonesia hanya mengandalkan sisa-sisa dari penjajah Jepang. Keputusan untuk melawan Belanda secara frontal adalah
keputusan yang salah, sehingga diplomasidianggap sebagai cara yang tepat
untuk memperoleh pengakuan dari dunia luas. Pihak-pihak yang mendukung jalur
diplomasi seperti Sutan Sjahrir beranggapan bahwa diplomasi adalah jalan keluar
yang paling realistis agar Republik Indonesia di akui secara de facto oleh
dunia internasional khususnya pengakuan kedaulatan dari Belanda. Hal ini perlu
dilakukan karena pada saat itu, Belanda
adalah pihak yang termasuk dalam pemenang Perang Dunia IIsedangkan Indonesia
sama sekali belum dikenal di dunia internasional. Pada saat itu,proklamasi kemerdekaan pun
belum banyak diketahui oleh orang karena
keterbatasan teknologi komunikasi.
Sehingga, pengakuan dunia internasional menjadi penting sebagai modal awal
menghadapi kolonialisme Belanda. Pada
bulan November 1945, Belanda menutup pintu perdagangan luar negeri RI sehingga
menghambat ekspor Indonesia. Kondisi ekonomi yang parah semakin memburukdengan
banyaknya barang yang bertumpuk di dalam negeri. Berbagai peperanganpun terjadi
antara sekutu dan Indonesia dalam perebutan kekuasaan. Untuk mengupayakan
pengakuan Indonesia dari negara lain, pada Agustus 1946, Soekarno mengirimkan
beras sebagai bantuan Indonesia untuk rakyat India yang sedang dilanda bencana
kelaparan. Diplomasi ini dikenal dengan
diplomasi beras. Pemerintah India membalas dengan mengirimkan obat-obatan, pakaian,
dan mesin yang dibutuhkan Indonesia. Ini dinilai sebagai keberhasilan awal dari
proses diplomasi Indonesia menuju
NKRI.
ConversionConversion EmoticonEmoticon